Holiday

SEKATEN RIA

"argh....argh...argh....waw...waw...waww"
inilah cuplikan suara yang cetar membahana saat saya dan beberapa temen menaikki wahana ombak banyu. Ayunan wahana yang bersumber dari kelincahan pawang - pawang ( saya bingung harus menyebut apa, hee) saat beratraksi membuat ngeri, sekaligus membuat kami seakan terombang - terombing di tengah ombak air*hiperbolis yaa...
Di wilayah Kotamadya Yogyakarta, terdapat upacara adat yang disebut sebagai Sekaten atau yang lebih dikenal dengan istilah Pasar Malam Perayaan Sekaten karena sebelum upacara Sekaten diadakan kegiatan pasar malam terlebih dahulu selama satu bulan penuh. Nah disinilah , maksud saya di pasar malam perayaan sekaten ini lah kami menikmati wahana ini. Gak cuma ombak banyu kok, tapi masih banyak lagi wahana - wahana yang dapat kita coba, baik untuk remaja, dewasa, ataupun anak-anak, semuaa ada loh...di pasar malam sekaten ini. Bagi yang hanya sekadar ingin take a walk  aja nih...jangan khawatir, karena di sini juga tersedia banyak penjual dengan aneka dagangannya...
mungkin temen - temen yang sekarang lagi berlibur di kota pelajar, jangan lupa untuk menyempatkan diri melihat, mengunjungi dan menikmati pasar sekaten , siapa tahu ketemu jodohnya masing - masing... ^^ ( ciat..ciat...kenapa berujung ke jodoh....)

oke ..fokus again! Sedikit saya share kan yaa tentang seluk beluk sekaten ..semoga bermanfaat bagi yang memerlukan info budaya ini.
Tradisi sekaten ini ternyata sudah yang ada sejak zaman Kerajaan Demak (abad ke-16) ini diadakan setahun sekali pada bulan Maulud, bulan ke tiga dalam tahun Jawa, dengan mengambil lokasi di pelataran atau Alun-alun Utara Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Asal usul istilah Sekaten berkembang dalam beberapa versi. Ada yang berpendapat bahwa Sekaten berasal dari kata Sekati, yaitu nama dari dua perangkat pusaka Kraton berupa gamelan yang disebut Kanjeng Kyai Sekati yang ditabuh dalam rangkaian acara peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW. Pendapat lain mengatakan bahwa Sekaten berasal dari kata suka dan ati (suka hati, senang hati) karena orang-orang menyambut hari Maulud tersebut dengan perasaan syukur dan bahagia dalam perayaan pasar malam di Alun-alun Utara.

Pendapat lain mengatakan bahwa kata Sekaten berasal dari kata syahadataini, dua kalimat dalam Syahadat Islam, yaitu syahadat taukhid (Asyhadu alla ila-ha-ilallah) yang berarti “saya bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah” dan syahadat rasul (Waasyhadu anna Muhammadarrosululloh) yang berarti “saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah”.

Upacara Sekaten dianggap sebagai perpaduan antara kegiatan dakwah Islam dan seni. Pada awal mula penyebaran agama Islam di Jawa, salah seorang Wali Songo, yaitu Sunan Kalijaga, mempergunakan kesenian karawitan (gamelan Jawa) untuk memikat masyarakat luas agar datang untuk menikmati pergelaran karawitan-nya dengan menggunakan dua perangkat gamelan Kanjeng Kyai Sekati. Di sela-sela pergelaran, dilakukan khotbah dan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Bagi mereka yang bertekad untuk memeluk agama Islam, diwajibkan mengucapkan kalimat Syahadat, sebagai pernyataan taat kepada ajaran agama Islam.
Grebeg Muludan

Acara puncak peringatan Sekaten ini ditandai dengan Grebeg Muludan yang diadakan pada tanggal 12 (persis di hari ulang tahun Nabi Muhammad s.a.w.) mulai jam 8:00 pagi. Dengan dikawal oleh 10 macam prajurit Kraton: Wirobrojo, Daeng, Patangpuluh, Jogokaryo, Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijero, Surokarso, dan Bugis, sebuah Gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan dan buah-buahan serta sayur-sayuan akan dibawa dari istana Kemandungan melewati Sitihinggil dan Pagelaran menuju masjid Agung. Setelah dido’akan Gunungan yang melambangkan kesejahteraan kerajaan Mataram ini dibagikan kepada masyarakat yang menganggap bahwa bagian dari Gunungan ini akan membawa berkah bagi mereka. Bagian Gunungan yang dianggap sakral ini akan dibawa pulang dan ditanam di sawah/ladang agar sawah mereka menjadi subur dan bebas dari segala macam bencana dan malapetaka.

Luar Biasa yaa,, kebudayaan di Negara kita, khusunya kota yogyakarta yang masih menjunjung tinggi nilai - nilai budaya. Dan Beagam pula keyakinan serta kepercayaan seseorang terhadapnya. Apapun itu semoga tetap mampu untuk saling toleransi...
Bagaimana?? tertarik untuk mencoba bersekaten ria ??? ^^,



Tidak ada komentar: